Senin, 22 Desember 2008

MEMAKNAI NATAL



Sejarah Natal
Natal berasal dari kata Latin, Natalis artinya hari kelahiran, hari jadi atau hari ulang tahun. Kini Natal dipahami orang sebagai Hari Raya Kelahiran Yesus Kristus.
Pesta Hari Raya Kelahiran Yesus pertama kali dirayakan di Roma pada awal abad ke-4 yakni tahun 336. Hari Raya Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember bukan berarti orang Kristen tahu pasti bahwa Yesus lahir pada tanggal itu. Tanggal ini merupakan tiruan dari pesta kafir masyarakat Roma yang membaktikan tanggal 25 Desember kepada “Sang Surya Yang Tak Terkalahkan”, atau pesta kelahiran Dewa Matahari. Pada musim ini siang lebih lama dari pada malam. Mungkin ini juga mempengaruhi penetapan tanggal 25 Desember sebagai peringatan hari kelahiran Kristus. Pesta ini merupakan pesta rakyat yang populer. Setelah penduduk Roma menjadi Kristen, timbul niat Gereja untuk mengkristenkan pesta ini. Gereja saat itu merayakan tanggal 25 Desember bukan dalam kaitannya dengan kelahiran dewa matahari tetapi dalam konteks kelahiran Kristus sang Surya Kebenaran (Maleakhi 4:2), Kristus Terang Dunia (Yoh. 8:22).
Perayaan Natal berkembang ke luar Roma, pertama-tama di Afrika dan Italia Utara, kemudian ke Spayol pada tahun 380. Di Timur, Pesta Natal diterima menjelang akhir abad ke-4; sementara di Mesir menjelang 432, sedangkan di Jerusalem dan Palestina tahun 415, menurut Egeria.

Liturgi Natal
Masa Natal terhitung mulai Ibadat Sore I Hari Raya Natal sampai pada hari Minggu sesudah Pesta Epifani. Sesuai dengan tradisi Romawi, sejak abad ke-4, pada masa Natal misa dapat dirayakan tiga kali yakni malam (misa malam), subuh (misa fajar), pagi (misa pagi/siang). Ketiga tradisi ini tidak lahir pada waktu yang sama. Misa yang pertama lahir adalah Misa Natal Pagi yakni pada abad ke-4, misa biasanya dilangsungkan di Basilika St. Petrus dipimpin oleh Paus. Misa Malam Natal lahir pada abad ke-5, perayaan dilaksanakan di Basilika St. Maria Maggiore. Di Basilika ini dibangun Gua Natal tiruan, seperti Gua tempat kelahiran Yesus di Betlehem, di bawah tanah, persis di bawah altar utama. Sedangkan Misa Natal Fajar muncul pada pertengahan abad ke-6. Perayaan dilakukan di bukit Paletino. Ketiga perayaan ini dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut: setelah mengikuti Misa Malam di St. Maria Maggiore umat berangkat ke bukit Palatino untuk menghadiri Misa Fajar kemudian berangkat ke Basilika St. Petrus untuk menghadiri Misa Pagi yang langsung dipimpin oleh Paus. Ketiga misa ini merupakan tradisi yang kita kenal hingga saat ini.
Misale yang dikeluarkan pada tahun 1970 memperkaya muatan ketiga misa Natal ini. Misa Malam Natal terutama diwarnai oleh perikope evangelis tentang kelahiran Yesus di Betlehem (Luk 2:1-14). Misa Fajar, atau misa para gembala, diambil (bersumber) dari bacaan injil di mana dikemukakan perjumpaan yang sangat sederhana tetapi mengesankan antara para gembala dengan kanak-kanak Yesus di Palungan (Luk 2:15-20). Misa Pagi/Siang, dengan bacaan yang diambil dari prolog Injil Yohanes: misteri Sang Sabda menjadi daging tinggal di antara kita (Yoh 1:1-18).
Bacaan teks liturgi menunujukkan bahwa Hari Raya Natal dirayakan sebagai sebuah pesta pembebasan atau keselamatan kita. Walau tidak langsung memberi perhatian pada misteri wafat dan kebangkitan, misteri Paska sendiri tetap diekspresikan dalam perayaan liturgi Hari Raya Natal seperti terlihat dalam bacaan kedua misa tengah malam, “Yesus Kristus…menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri yang rajin dan berbuat baik.
Pada abad Pertengahan (1200-1300) perayaan Natal sagat diminati, banyak muncul kegiatan untuk memeriahkan Natal. Drama Natal misalnya, pada abad ini diterima menjadi bagian liturgi Natal. Yang sangat menonjol adalah pembuatan kandang Natal yang merupakan tiruan dari kandang/gua Natal yang ada di Basilika St. Maria Maggiore. St. Fransiskus dari Asisi memiliki andil besar dalam mempopulerkan Kandang Natal, di mana pada tahun 1223 ia bersama dengan para pengikutnya merayakan Natal di Greccio, Italia. Boleh dikatakan sejak saat ini pembuatan kandang Natal populer dan makin diminati hingga sekarang.

Oktaf Natal
Sampai pada abad ke-7 hanya Paska yang memiliki keistimewaan untuk dapat dirayakan selama delalapan hari (oktaf Paska). Natal sendiri baru di kemudian hari memperoleh oktafnya (pesta liturgi salama seminggu). Hari kedelapan sesudah Natal, 1 Januari ditetapkan untuk menghormati St. Maria, Bunda Allah. Dan, pada abad ke-6 pada 1 Januari dirayakan Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah.
Tiga hari sesudah Natal merupakan hari yang istimewa karena berturut-turut dirayakan pesta St. Stefanus Martir, St. Yohanes Rasul dan pengarang injil dan kanak-kanak suci, martir. Pesta ini disebut pesta “Para Penggiring Kristus”. Pada hari minggu dalam oktaf Natal dirayakan pesta Keluarga Kudus (Yesus, Maria dan Yesef). Keluarga Kudus ini dirayakan sebagai model untuk hidup keluarga Kristen, dan sebagai pelindung semua keluarga Kristen dari berbagai ancaman dunia.

Teologi Natal
Natal menggarisbawahi misteri kedatangan Tuhan Yesus Kristus Putra Allah dalam rupa daging yang secara konkrit dilahirkan oleh perawan Maria di Betlehem. Gereja melalui Natal, mengajak umatnya untuk memandang misteri penyelamatan manusia tidak melulu dalam awan misteri interpretasi surgawi tetapi juga dalam pengalaman konkrit manusia (historis).
St. Agutinus menunjukkan makna yang dalam dari Teologi Perayaan Natal. Menurunya Natal adalah sebuah perayaan misteri tetapi tidak terpisah, bebeda dan lepas dari misteri Paska. Natal merupakan permulaan misteri Paska karena saat inilah Yesus memulai eksistensi kemanusiaan-Nya sebagai manusia yang kelak menderita dan bangkit. Natal mempersiapkan kita untuk memahami Paska dengan lebih baik, melalui kehadiran Putera Allah menjadi manusia. Juga, Natal membantu kita menghidupi misteri Paska karena merupakan model transenden keputeraan keilahian kita sendiri.
Melalui kelahiran Yesus, Allah menjadi manusia supaya manusia menjadi ‘serupa’ dengan Allah. Allahlah yang pertama datang kepada manusia melalui misteri inikarnasi Kristus. Ia mengambil kemanusiaan kita dan kepada kita diberikan ke-Allahan-Nya. Juga dengan kelahiran-Nya berarti Ia memberikan warisan kepada kita yakni menjadi Anak-anak Allah.

Spiritualitas Natal
Misteri Natal bukan sekedar aspek misteri kemiskinan dan kerendahan Tuhan, Allah mau menjadi manusia. Hal ini memang patut dicontoh. Namun yang paling penting adalah misteri Natal memberikan kepada kita anugerah untuk menjadi serupa dengan Allah. Kehadiran Allah mengarahkan kita untuk terlibat dan berperan serta dalam kehidupan Ilahi. Spiritualitas Natal adalah pengangkatan nilai-nilai kemanusiaan kita menjadi anak-anak Allah.
Seorang Kristen tidak tepat berpandangan bahwa Yesus jauh di sana, di luar diri kita. Misteri Natal mau mengatakan kepada kita bahwa Ia tetap hadir dalam hidup kita melalui penyataan diriNya yang penuh cinta; setia, sederhana, taat, rendah hati, suci dll, sikap yang menjadi teladan bagi kita. St. Leo Agung mengajak semua manusia pada perayaan Natal untuk menyadari keluhuran kodratnya (kodrat ilahi), sebab dengan turut serta dalam kodrat ilahi kita hendaknya menolak cara hidup yang tidak sesuai dengan yang diharapkan Kristus.
Natal juga memiliki aspek ekklesial yang harus diperhatikan yakni cinta persaudaraan. Semua manusia merupakan satu tubuh dan dipersatuakan dalam Kristus sebagai kepala tubuh. Sasaran kegiatan pastoral selama Natal hendaknya membentuk sikap yang mirip, menjadi kristus yang lain. Dewasa ini perayaan Natal hendaknya dirayakan secara meriah sebagai perayaan “Pengangkatan harga kemanusiaan kita”. Sesungguhya Kristus yang adalah Adam baru mewahyukan misteri cinta Bapa dalam cara manusia sehingga semua orang mengenal panggilannya yang sangat luhur itu (GS. 22).
Masalah Seputar Natal dan Hal-hal yang Perlu Disikapi
Hari Raya Natal merupakan perayaan yang paling semarak dari semua pesta yang dirayakan oleh Geraja seperti Hari Raya Tahun Baru Liturgi yaitu Adven. Kita tahu bahwa “puncak iman” kita adalah misteri Paska, maka lebih tepat jika perayaannya lebih meriah. Kenyataan tidak demikian. Apakah karena Natal sangat dekat dengan pengalaman kehidupan setiap orang? Semua orang pernah lahir dan sering melihat, mendengar dan merayakan pesta kelahiran. Kelahiran berarti kegembiraan. Sedangkan Paska atau Kebangkitan tampaknya lebih sulit untuk dipahami dan diterima manusia. Lagi pula, Paska diawali peristiwa sedih, yakni sengsara dan wafat. Suasana kegembiraan Paska, juga kurang tampak melalui lagu-lagu liturgi. Sedangkan Natal, dari nyanyian-nyanyian misalnya, sangat tampak unsur kegembiraan, ringan dan riang.
Setiap perayaan membutuhkan dana. Perayaan Natal tentu membutuhkan tidak sedikit uang. Hiasan rumah, baju baru untuk anak-anak, kunjungan keluarga, membeli makanan yang lebih istimewa dll, sepertinya wajib pada hari kegembiraan ini. Itukah Natal? Sayang bila Natal dirayakan hanya untuk pesta pora dan santai serta rekreasi tanpa merenungkan maknanya bagi hidup. Bagus, jika pada masa Natal orang berrekreasi, santai sebagai ujud kegembiraan asalkan jangan lupa yang paling utama yaitu memetik hikmah Natal bagi kehidupan sehari-hari.
Seperti dikatakan di atas kemeriahan Natal melampaui pesta Paska. Adakah usaha dari kita umat Allah untuk membuat perayaan Paska juga semeriah perayaan Natal?
Penutup
Demikian uraian singkat seputar Natal. Kiranya uraian ini berguna bagi anda semua. Kita sebagai umat Allah yang sudah tahu tentang Natal hendaknya mempraktekkannya dalam hidup. Mari memaknai setiap perayaan Natal yang bergulir setiap tahun dan mewartakan pada mereka yang belum tahu, apa itu Natal. Dan lihat masih banyak yang harus kita benahi berkaitan dengan pemahaman akan Natal. Kiranya kita bisa menunjukkan suatu usaha untuk membenahinya.
written by Frans Zai


Selamat natal tahun 2008 dan juga selamat Tahun baru 2009, sejenak mesti kita berpaling kebelakang merenung dengan hikmahnya keindahan natal yang sesungguhnya, Bayi yesus lahir kedunia atas Firman Allah itu sendiri dan Firman menjelma menjadi manusia melalui perewan Terpilh Bunda Maria. Bayi yang lahir tanpa dosa asal yaitu hubungan daging selayaknya manusia biasa, kehidupannya telah diFirmankan berabad tahun sebelumnya,. Haleluya....Puji Allah Yang Mencintai Umatnya. Haleluya.

Memaknai Hari NAtal tidak harus penuh gemerlap Tuhan Yesus lahir di kandang yang hina. kandang ini mencerminkan penolakan umat manusia pada masa itu, yang konsekuensinya sampai saat ini banyak umat manusia yang masih menolak Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat Umat Manusia. Kita yang menerimanya harus berdoa bagi yang masih menolaknya agar keselamatan Allah berlaku untuk semua manusia.