Senin, 19 Juli 2010

The Best Mom Ever

Cerita ini di kutip darihttp://www.perempuan.com/index.

Suatu malam, aku bertengkar dengan ibuku. Karena sangat marah, aku segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan aku baru menyadari bahwa aku sama sekali tidak membawa uang. Saat menyusuri sebuah jalan, aku melewati sebuah kedai bakmi dan mencium harumnya aroma masakan. aku ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi tidak mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat kearahku berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata: “Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?”

“Ya, tetapi, aku tidak membawa uang”, jawabku dengan malu-malu.

“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu”, jawab si pemilik kedai. “Silakan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi.

Aku segera makan beberapa suap, kemudian air mataku mulai berlinang.

“Ada apa nona?”, tanya si pemilik kedai.

“Tidak apa-apa, aku hanya terharu" jawabku sambil mengeringkan air mata.

Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi ! Tetapi, ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi

Bapak itu, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri. Aku berkeluh kesah kepada pemilik kedai mengenai hal ini.

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataanku, menarik nafas panjang lalu berkata, “Nona, mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya”. Aku sempat kaget mendengar hal itu.

Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu? Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal , aku begitu berterima kasih. Tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya

AKu segera menghabiskan bakmi, lalu aku menguatkan diri untuk segera pulang ke rumah. Saat berjalan ke rumah, aku memikirkan kata-kata yg harus diucapkan kepada ibu. Begitu sampai di ambang pintu rumah, aku melihat ibu berwajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengannya, kalimat pertama yang keluar dari mulut ibu adalah,”Nak, kau sudah pulang. Cepat masuklah, Ibu telah menyiapkan makan malam. Makanlah dahulu sebelum kau tidur. Makanan akan dingin jika kau tidak memakannya sekarang”.

Aku tidak dapat menahan tangis. Aku pun menangis di pelukan ibu.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita. Kadang-kadang, kita sulit atau lebih tepatnya tidak mau untuk melihat dan menghargai pertolongan yang diberikan oleh orang-orang yang sudah sangat kita kenal. Untuk menghargai cinta kasih mereka. Kita menganggap itu sebagai suatu keharusan. Sebuah kewajiban.