Jumat, 04 Februari 2011

Terima Kasih Ayah


Sebuah kisah  nyata yang mendasari segala bentuk tindakan dalam mengisi kehidupan ini. Jika manusia bisa kembali ke masa lalu, aku ingin merubah kesalahan masa lalu menjadi benar dan kehidupan hari ini pasti tanpa banyak cela.

Cerita yang di uraikan dalam tulisan ini adalah kisah nyata pribadi. Bagi yang ingin mengcopi atau mengedarkannya tidak di kenaakan sanksi. masukan dan kritik pembaca sangat membantu pada penulisan kisah kisah berikutnya.

Saya adalah anak ke dua dari tujuh bersaudara dan dua saudara angkat jadi dalam keluarga kami ada 9 anak yang di rawat oleh orang tua kami dengan penuh tanggung jawab sehingga kami semua dapat menikmati hidup.

Kehidupan kami adalah adalah seperti umumnya orang orang disekitar kami yang mayoritas hidup dalam kemiskinan walaupun sebenarnya ayah kami adalah seorang pegawai negeri. tetapi awal karier ayah kami di mulai dari pegawai golongan 1 hingga tragedi pemisahan negara Timor leste dari indonesia ayah saya berpangkat golongan 2C. Sebuah golongan pangkat rendah yang tentunya hanya untuk makanpun kadang harus ditutupi dengan meminjam ke tetangga atau ke kios kios yang mau memberikan pinjaman. Pada satu masa kami sekeluarga kekurangan beras. yang kami punya hanyalah jagung dan ubi singkong sehingga, untuk memperoleh beras terpaksa ayah kami dengan segala pengorbannya mencari orang yang mau menukarkan beras yang mereka miliki dengan jagung dan singkong kami. Akhirnya kami mendapatkan tukaran beras itu sehingga kami bisa sedikit mencicipi nasi, untuk mendapat beras  dalam trasaksi barter bahan makanan itu sungguh tidak menguntungkan pihak kami. sebab, beras sekaleng ukuran kaleng susu SGM ditukar dengan jagung dan ubi sebanyak seember. kejadian itu sungguh membekas di benak saya meski saat itu saya masih kanak-kanak.


Saya ingat betul waktu saya masih kecil ayah  terkadang harus piket malam di kantor bersama koleganya, tentunya itu dilakukannya dengan tulus dengan harapan kelak anak-anaknya bisa sukses.
Masih segar pula di ingatanku dimana jika waktu sore hari ayah mengajak saya ke tempat kerjanya disana ayah mengumpulkan bekas koran bacaan yang sudah usang dan dikumpulkannya hingga banyak dan kamipun pulang dengan membawanya.
"Rupanya ayah punya rencana lain ia ingin menjual bekas koran itu ke pedagang yang membutuhkannya" walau Cuma di hargai murah dan itu seingat saya ayah dan saya lakukan beberapa kali.

Masih terekam juga dalam benak saya rata-rata koran yang ayah jual adalah koran harian suara Karya, aku tak tahu apakah koran itu masih ada atau tidak.Walaupun ayah Cuma pegawai kecil tetapi tanggun jawabnya sebagi ayah sungguh besar hal ini ditunjukin dengan semua anak-anaknya mengenyam pendidikan samapai level universitas paling sedikit level diploma.

Sewaktu saya tamat Sekolah menengah umum 1998 terpaksa saya tidak bisa melanjutakan studi ke perguruan tinggi sebab keterbatasan biaya orang tua dan saya memakluminya. Saya baru melanjutkan studi setelah ayah kami mendapat bayaran konpensasi dari negara kolonialis Portugal kepada bekas pegawainya sebelum negara Timor leste di integrasikan ke negara Indonesia.

Saat ini saya bekerja disebuah BUMN dengan pengahasilan cukup walaupun belum cukup untuk membeli tanah apalagi membangun rumah. Semua kisah yang saya utarakan diatas adalah mengambarkan betapa beratnya ujian kehidupan ini hingga kita mampu berdiri sendiri .Kini saya berkeluarga dengan gadis pilihan saya dan dan kami memiliki 2 orang putra yang sehat dan menambah kebahagian kami dan sekitarnya.

Di temapat kerja saya memghadapi banyak tantangan dan cobaan tetapi semuanya itu saya andalkan Berkat Tuhan Yesus dan pertolongan Bunda Maria agar mendoakan saya dan mohon pula lindungan Roh Kudus agar membimbing saya melewati cobaan di manapun saya berada.

Kepada Santo Mikhael saya berharap dengan Ijin Tuhan Allah agar selalu melindungi saya dari niat jahat sesamaku.


Perjalanan Di Basel-SWISS

Pernah sekali saya bertugas training ke Swiss disana cuaca sangat berbeda dengan yang ada di tempat saya dan dalam suatu kesempatan saya mencoba berjalan menelusuri danau di LUCERNE Swiss dan dengan sangat tiba-tiba cuaca berubah dan hujan turun dan membuat tubuh saya lemas dan seperti mau kaku karena saya terjebak di luar sedangkan hujan mulai turun deras.Didalam hati kecil Saya saya brdoa memohon lindungan dan pertolongan Tuhan Yesus agar menyelamatkan saya dari situasi itu. Dan secara tidak sengaja dalam beberapa langkah saya menemukan sebuah payung bekas yang dibuang di dekat jalan sewaktu saya berjalan kedinginan mau pulang ke apartemen. Apakah ini sebuah kebetulan saja? Sungguh saya merasa Tuhan sungguh menjawab doa saya sehingga saya tidak merasa kedinginan dan bisa selamat.

Sejak masa itu saya menyadari dimanapun saya berada Tuhan tidak pernah lupa mengawasi saya dan itu berlaku untuk semua manusia tentunya.Satu hal yang di jumpai Swiss bahwa kehidupan manusia di sana sudah sangat modern hingga budaya malu dan berciuman di tempat umum telah menjadi suatu hal yang diterima secara umum bukan lagi harus di sembunyikan. Ini membuka mata saya adakah manusia sudah mati hati nuraninya, ataukah manusia sudah tidak peduli lagi dengan norma aturan tertentu. Saya berfikir jika manusia semakin lupa diri maka murka Tuhan akan semakin dekat dan sebelum terlambat marilah kita kembali mengikuti dan mengaplikasikan sepuluh perintah ALLAH maka kehidupan ini akan penuh kedamaian.


TUHAN SAYA BERDOA DARI HATIKU YANG TERDALAM BERKATI PARA ORANG TUA KAMI BERKATILAH AYAH IBU KAMI DAN AMPUNILAH MEREKA BILA DALAM MEMBIMBING KAMI ANAK-ANAKNYA KADANG MEREKA BERBUAT DOSA. TUHAN DALAM NAMA TUHAN YESUS KRISTUS PUTRAMU SANG PENEBUS DOSA MANUSIA KAMI MOHON AMPUNILAH KAMI SELALU JANGANLAH ENGKAU MENUTUP PINTU PERTOBATAN BAGI KAMI TETAPI BEBASKANLAH KAMI DARI YANG JAHAT AGAR KAMI BERSATU DALAM KERAJAANMU DI SORGA AMIN.

Tidak ada komentar: